Mengintip Rahasia Kebahagiaan Orang Swedia
Mungkin kebanyakan orang akan mengatakan kebahagiaan mereka berasal dari pemenuhan kebutuhan ekonomi di negaranya. Pemerintah memberikan tunjangan untuk setiap nyawa bahkan pengangguran di Swedia memiliki tunjangan hingga mereka mendapatkan pekerjaan yang layak.
Tapi, mungkin Swedia tidak akan menduduki peringkat negara terbahagia jika mereka tidak memiliki tradisi 'Lagom'
Konon, Tradisi lagom ini bermula dari kaum Viking yang selalu mengisi mead -minuman beralkohol yang terbuat dari madu fermentasi- setelah lelah seharian merampok. Mereka akan menikmati mead dengan mengelilingi api unggun, setiap orang harus meminum bagiannya hingga yang lain bisa mendapatkan bagian mereka dengan adil. Jika aturan ini dilanggar, maka mereka akan dihadapkan oleh kematian.
Sejak itu, lagom yang berasal dari frasa 'laget om' yang artinya 'di sekitar tim' menjadi tradisi personal yang moderasi. Tidak kurang atau lebih, tapi pas.
Bicara yang pas, berperilaku yang pas dan berpikir yang pas. Orang Swedia akan menjawab jika ditanya, mereka bukanlah orang yang menggemari obrolan ringan, saat bertemu dengan orang baru untuk memecah keheningan.
Inilah yang penulis sebut sebagai The Silence of Swedis (Kebungkaman bangsa Swedia). Lebih baik diam, daripada bicara yang buruk. Namun sayangnya, sikap ini selalu diartikan sebagai sikap tak acuh. Padahal, dengan cara inilah orang Swedia menghargai dan memastikan kamu memiliki privasi hingga tidak terganggu dengan kehadiran mereka.
Ketika terlambat masuk kelas contohnya. Kamu tidak perlu memberikan alasan kenapa kamu sampai terlambat. Cukup meminta maaf dan kamu bisa mengikuti kelas hingga akhir.
Pola pikir lagom, mendorong Swedia menjadi salah satu negara yang memiliki kualitas hidup yang tinggi. Pemerintah menerapkan pola pikir ini dengan menyamaratakan hak seluruh warga tanpa generalisasi gender. Semua berhak mendapatkan akses pengetahuan dan informasi, serta kualitas lingkungan hidup yang adil.
Namun hal itu tidak serta merta diterima semua orang, bahkan oleh bangsa yang mencetuskan pola pikir ini. Karena ukuran 'pas' yang dimiliki setiap orang berbeda, hal ini menjadikan kata lagom sebagai bentuk pengekangan.
Untuk sebagian orang, lagom dianggap menghalangi kreatifitas dan ambisi mereka. Pola pikir netralis, pengendalian dan konformitas ini menghindarkan sikap ekstrem yang mengarah kepada kegagalan, mencoba hal baru dan berkembang.
Dapatkan bukunyaIdentitas buku :
Judul : Lagom
Penulis : Lola A. Åkerström
Penerjemah : Aswita R Fitriani
Penerbit : Headline Publishing Group Limited
Distributor : PT. Rene Turos Indonesia
Tebal Buku : 244 halaman
Cetakan : Pertama, Desember 2019
Komentar
Posting Komentar